M.I.R.10
Selasa, 19 Mei 2015
KOMPARASI ANTARA WEBSITE UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO DENGAN INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA MENGGUNAKAN METODE STATSCROP.COM
Pada tugas kali ini saya akan melakukan compare antara Website Universitas Dian Nuswantoro dengan Institut Seni Indonesia Yogyakarta dengan menggunakan web analytics Statscrop.com, berikut analisa yang telah saya lakukan :
METODE PENILAIAN STATSCROP.COM
STATSCROP adalah suatu layanan web yang memungkinkan kita untuk menjelajahi informasi website dan sejarahnya, memahami bagaimana situs pesaing anda beroprasi, membantu kita belajar bagaimana untuk mengoptimalkan situs web kita dan meningkatkan kunjungan ke situs kita dan dan pendapatan
Metodologi STATSCROP yaitu:
- Alexa Traffic
- Website Load Time
- How to Optimize Website
- Website SEO Score
- Website Daily Pageviews
- Website Daily Visitors
- Website Daily Revenue
Sumber : http://www.statscrop.com/
Kamis, 12 Maret 2015
Pengalaman menggunakan internet
Internet adalah sebuah jaringan yang menghubungkan antara satu komputer dengan komputer lainnya. Saya sendiri pertama kali menggunakan internet pada tahun 2010 tepatnya ketika saya masih kelas 1 SMP, awalnya menggunakan internet ini hanya untuk bermain facebook yaitu salah satu media sosial dimana kita dapat berinteraksi dengan pengguna yang lainnya, dapat memasukkan foto dan juga dapat menulis sesuatu apa yang kita fikirkan atau bisa disebut juga dengan menulis status. Dalam pembuatan facebook ini kita juga harus memiliki email dan melakukan beberapa registrasi dimana kita harus mengisi dengan data data yang lengkap serta kita akan mengisi password agar tidak ada orang lain yg membuka facebook kita. Pertama buka facebook saya hanya memakainya untuk bermain game saja namun setelah beberapa lama menggunakan internet saya tidak hanya menggunakan media sosila facebook saja, saya juga menggunakan twitter. Selain untuk media sosial saya menggunakannya untuk mencari tugas tugas sekolah.Saya juga sempat bermain beberapa game online di warnet dekat rumah.
Selasa, 04 November 2014
MEMBETULKAN DAN MENGEFEKTIFKAN KALIMAT
Untuk
membetulkan sesuatu, kita harus mengetahui dengan tepat letak kesalahan trlebih
dahulu. Pada dasarnya kesalah itu dapat di bedakan menjadi dua yaitu kesalahan
ejaan dan kesalahan tata bahasa. Selanjutnya kita harus membedakan antara
kalimat yang salah dan kaimat yang kurang efektif, suatu kesalahan bisa saja
mengakibatkan tuturan yang bersangkutan kurang efektif, namun ada juga tuturan
yang dari sudut tata bahsa tidak salah tetapi juga kurang efektif.
Kalimat
efektif adalah kalimat yang dapat ditanfkap dan mudah dipahami oleh pembaca,
menghayati masing-masing tutran itu. Keterpahaman inilah yang menjadi salah
satu kriteria kalimat efektif. Kriteria lain adalah kelaziman.
Kesalahan Kalimat
Kesalahan kalimat dapat dibedakan menjadi dua segi,
yaitu kesalahan internal dan kesalahan eksternal.
a. Kesalahan
Internal adalah kesalahan kalimat yang diukur dari unsur-unsur dalam kalimat.
Kesalahan dari segi internal ini dapat dipilah dari beberapa tipe, tipe pertama
adalah kesalahan kandungan isi yang menyebabkan kalimat menjadi tidak logis
seperti contoh di bawah ini:
(1) Dengan
pemakaian pupuk urea pil dapat menyuburkan tanaman dan meningkatkan produksi
pertanian. Seharusnya kata pemakaian
dihilangkan dan kalimatnya akan
menjadi Dengan pupuk urea pil dapat
menyuburkan tanaman dan meningkatkan produksi pertania.
(2) Kepada
semua informan mendapatkan dua macam instrumen yaitu angket dan catatan
kegiatan. Seharusnya menjadi semua
informan mendapatkan dua macam instrumen yaitu angket dan catatan kegiatan.
Tipe yang
kedua adalah kesalahan karena ketidaklengkapan seperti contoh dibawah ini :
(1) Situasi
pasar bunga memang tidak menggembirakan. Sehingga pada pedagang bunga mulai
berusaha di bidang bisnis yang lain.
Kalimat
kedua pada teks tersebut hanya diisi keterangan, lebih baik jika kalimat itu
diintegrasikan menjadi satu dengan kalimat sebelumnya seperti berikut ini.
Situasi pasar bunga memang tidak
menggembirakan sehingga pada pedagang bunga mulai berusaha di bidang bisnis
yang lain.
Kalimat yang digunakan adalah kalimat-kalimat yang
padat. Karena itu, kalimat-kalimat yang boros dan kata-kata dipandang sebagai
kalimat yang tidak baik walaupun kalimat itu benar dari segi gramatika. Kalimat
berikut ini adalah kalimat yang boros dan juga dapat dibuat menjadi lebih ringkas,
misalnya :
(1) Berdasarkan
sifat masalah dan tujuan penelitian ini, rancangan penelitian yang digunakan
adalah rancangan penelitian deskriptif.
(2) Proyek
lembah Dieng terletaj di dukuh Sumberjo, desa Kalisungo yang termasuk dalam
daerah kabupaten Malang. Daerah Malang yang sejuk terdiri dari
pegunungan-pegunungan kecil.
Dua buah kalimat dalam
paragraf tersebut benar-benar internal, tetapi salh secara eksternal. Kedua
kalimat itu tidak membentuk satu gagasan yang utuh dan padu dalam paragraf.
Membetulkan Kesalahan Kalimat
Ada beberapa jenis kesalahan
dalam menyusun kalimat.
1. Kalimat tanpa Subjek
Dalam menyusun sebuah kalimat seringkali dengan kata depan atau
preposisi, lalu verb nya menggunakan bentuk aktif atau berawalan men- baik
dengan dengan atau tanpa akhiran kan. Contoh :
(1) Bagi
yang merasa kehilangan buku tersebut harap mengambilnya di kantor.
(2) Untuk
perbaikan prasarana pengairan tersebut memerlukan partisipasi aktif dari
masyarakat.
Untuk
membetulkan kalimat diatas dapat dilakukan dengan :
a) Menhilangkan
kata depan pada masing masing kalimat tersebut
b) Mengubah
verba pada kalimat tersebut, misalnya dari aktif menjadi pasif.
Jadi
kemungkinan pembetulan kedua kalimat adalah :
(1)
Yang
merasa kehilangan buku tersebut harap mengambilnya di kantor
(2)
perbaikan
prasarana pengairan tersebut memerlukan partisipasi aktif dari masyarakat.
2. Kalimat dengan Objek Berkata Depan
Kesalahan yang telah dibicarakan diatas dapat dikatakan sebagai
kesalahan pemakaian kata depan pada awal kalimat yang biasanya diduduki subjek
dan juga sering di temukan pada objek. Contoh :
(1) Hari
ini kita tidak akan membicarakan lagi mengenai soal harga, tetapi soal ada
tidaknya barang itu.
(2) Dalam
setiap kesempatan mereka tidak bosan bosannya mendiskusikan tentang dampak
positif pembuatan waduk
Kalimat (1)
dan (2) dapat dibetulkan dengan menghilangkan kata depan mengenai pada kalimat
(1) dan tentang pada kalimat (2) menjadi seperti di bawah ini.
(1)
Hari
ini kita tidak akan membicarakan lagi soal harga, tetapi soal ada tidaknya
barang itu.
(2) Dalam setiap kesempatan mereka tidak bosan
bosannya mendiskusikan dampak positif pembuatan waduk.
3. Kontruksi Pemilik Berkata Depan
Kesalahan pemakaian kata depan lain yang ditemui pada kontruksi frasa:
termilik + pemilik. Contohnya :
(1) Kebersihan
lingkungan adalah kebutuhan dari warga
(2) Buku
buku daripada perpustakaan perlu ditambah.
Kontruksi frasa yang sejenis dengan kebutuhan dari warga dan buku buku
daripada perpustakaan ini sering kita dengar dalam pidato pidato, misalnya :
(3) Biaya
dari pembangunan jembatan ini; kenaikan daripada harga harga barang elektronik.
Dalam karangan keilmuan kontruksi frasa yang tidak baku seperti di atas
hendaknya dihindari karena dalam bahasa Indonesia hubungan “termilik + pemilik”
bersifat implisit.
Kesalahan yang sering terjadi ialah pemakaian verba seperti kalimat
dibawah ini, misalnya:
(1) Setelah
semuanya siap, mereka menaburi benih ikan yang terpilih.
(2) Panitia
menyerahkan hadiah lomba ketrampilan remaja pada acara penutupan.
Kesalahan
seperti kalimat diatas dapat dibetulkan dengan cara melengkapinya, seperti
dibawah ini:
(1a) Setelah semuanya siap, mereka menaburi
benih ikan yang terpilih kolam itu.
4.
Kalimat
yang ‘pelaku’ dan verbanya tidak bersesuaian
Dalam kalimat dasra, verba dapat dibedakan menjadi verba yang meuntut
hadirnya satu ‘pelaku’ dan verba yang menuntut hadirnya lebih dari satu
‘pelaku’. Contoh :
(1) Dalam
perkelahian itu dia berpikul-pukulan dengan gencarnya.
(2) Dalam
seminar itu dia mendiskusikan perubahan sosial masyarakat pedesaan sampai
berjam jam.
Dalam kalimat 1 verba berpukul pukulan menuntut hadirnya dau pelaku
yaitu dia dan orang lain, misalnya Iqbal. Demikian pula dengan kalimat 2
diperlukan hadirnya pelaku sebagai mitra diskusi, misalnya para pakar.
(1)
Dalam
perkelahian itu dia berpukul pukulan dengan Iqbal.
(2)
Dalam
seminar itu, dia mendiskusikan perubahan sosial masyarakat pedesaan dengan para pakar.
5.
Penempatan
yang slah kata aspek pada kalimat pasif berpronomina
Menurut kaidah, kanstruksi pasif berpronomina berpola aspek + pronomina
+verba dasar. Kesalahan yang sering terjadi ialah penempatan aspek di antara pronomina
dengan pronomina dengan verba. Contohnya :
(1a) Saya sudah katakan bahwa....
(1b) kita sedang periksa....
Bentuk bentuk seperti contoh diatas dapat dibetulkan dengan memindahkan
kata aspek kedepan pronomina menjadi sebagau berikut:
(1a) sudah saya
katakan bahwa....
(1b) sedang kita
periksa.....
6.
Kesalahan
Pemakaian Kata Sarana
Dalam menyusun kalimat sering dipakai kata sarana, kata sarana itu
dapat berupa kata depan dan kaya penghubung. Kesalahan yang sering terjadi
yaitu pada pemakaian kata depan di,pada,fan dalam. Contohnya :
(1) Di
saat istirahat penyuluh mendatangi petani.
(2) Dalam
tahun 1965 terjadi pemberontakan G30S/PKI.
Kata depan di (1) seharusnya adalah pada; kata depan dalam (2)
seharusnya adalah pada.
Adapun kesalahan pemakaian kata
penghubung umumnya terjadi karena ketidaksesuaian antara pemakaian kata
penghubung dan makna hubunngan antarklausanya, misalnya :
(3) Rapat
hari ini ditunda berhubung peserta tidak memenuhi kuorum.
Kata penghubung berhubung seharusnya di ganti karena atau sebab menjadi
seperti dibawah ini :
(3a) Rapat hari ini ditunda karena peserta tidak
memenuhi kuorum.
Efektivitas kalimat
Ada beberapa yang mengakibatkan suatu kalimat menjad iefektif. Penyebab suatu tuturan menjadi kurang efektif .
1.
Kurangpadunyakesatuangagasan
Telah kita ketahui bahwa setiap tuturan terdiri atas beberapa bagian atau satu angramatikal. Contoh :
Selulus dari SMA, Wati bercita-cita melanjutkan studinya di
fakultas ekonomi. Fakultas ekonomi didirikan pada tahun 1972.Dosen asisten,
dan karyawannya mempunyai dedikasi yang cukup tinggi.
Dengan mengetahui tidak adanya kesatuan gagasan pada contoh diatas, kita dapat menyimpulkan
bahwa kesatuan gagasan akan terwujud bila mana gagasan yang satu bertautan dengan gagasan-gagasan lain.
Kurang ekonomis pemakaian
kata
Ekonomis
dalam berbahasa berarti penghematan pemakaian
kata dalam tuturan. Penghematan ini berkaitan dengan masalah keseksamaan penuturan.
Agar penuturan menjadi seksama, kata-kata yang dipakai hendaknya sesuai benar dengan gagasan
yang ingin diungkapkan. Contoh :
Depresi ekonomi bukan hanya dirasakan oleh kaum pribumi lapisan bawah, tetapi juga dirasakan oleh kelompok
elite pribumi.
Menjadi:
Depresi ekonomi bukan hanya dirasakan oleh kaum pribumi lapisan bawah dan kelompok
elite.
Senin, 20 Oktober 2014
Pembentukan Kata Lebih Lanjut
PEMBENTUKAN KATA
- · Pembentukan Lebih Lanjut
Yang dimaksud
pembentukan lebih lanjut ialah pembentukan turunan melalui proses morfologi
bahasa Indonesia dengan kata-kata serapan sebagai bentuk dasarnya. Pembicaraan mengenai
pembentukan lebih lanjut sebenarnya sudah dimulai ketika dibicarakan konfiks
peng-an dan ke-an dengan kata serapan sebagai dasarnya. Begitu juga waktu
dibicarakan pengulangan kata ‘data’ ’politisi’, dan ‘arwah’.
Kata-kata yang diawali dengan
konsonan hambatan hambatan tak bersuara /p/,/t/,/k/, dan geseran apiko-alveolar
/s/ jika mendapat awalan meng- atau peng- fonem tersebut hilang atau luluh,
contohnya: pukul menjadi memukul dan pemukul, karang menjadi mengarang dan
pengarang, susun menjadi menyusun dan penyusun.
Kata-kata yang diawali dengan
konsonan hambatan bliabial tak bersuara /p/ contohnya: paket, parkir. Jika mendapat
awalan meng- dan peng- atau peng-an, menjadi memaketkan, memakirkan; pemaketan,
pemarkiran.
Kata-kata serapan yang diawali
dengan konsonan hambatan apiko dental tak bersuara /t/ contohnya: target,
teror. Apabila dibentuk dengan awalan meng- menjadi menargetkan atau
mentargetkan; meneror atau menteror. Jika
dibentuk dengan peng-an menjadi penargetan atau pentargetkan; peneroran atau
penteroran.
Konsonan hambatan labio-dental
tak bersuara /f/ dulu disesuaikan dengan system fonologi bahasa indonesia
menjadi /p/. Contohnya: pikir menjadi memikirkan dan pemikiran; fitnah menjadi
memfitnah dan pemfitnahan.
Konsonan hambatan dorso-velar tak
bersuara /k/ yang mengalami kata-kata katrol, kontak luluh apabila mendapat
awalan meng- atau konfiks peng-an. Contohnya: katrol menjadi mengatrol atau
pengatrolan; kontak menjadi mengontak dan pengontakan.
Kata-kata serapan yang diawali
dengan fonem geseran apiko-dental tak bersuara /s/ ada yang mengalami peluluhan
dan ada yang tidak. Contohnya: sample menjadi menyampel dan penyampelan; sekrup
menjadi menyekrup dan penyekrupan.
Kata dasar
yang diawali oleh gugus konsonan /pr/ seperti pada protes jika mendapat awalan
meng-/p/ tidak akan luuh menjadi memprotes tetapi jika mendapat konfiks peng-an
/p/-nya lulu menjadi pemrotesan.
Sedangkan kata serapan yang diawali oleh gugus konsonan /kr/, /k/-nya tidak akan hilang bila mendapat awalan meng-. Contohnya: kristal menjadi mengkristal, tetapi akan lebur apabila awalan peng- atau penga-an menjadi pengristalan dan pengristal.
Sedangkan kata serapan yang diawali oleh gugus konsonan /kr/, /k/-nya tidak akan hilang bila mendapat awalan meng-. Contohnya: kristal menjadi mengkristal, tetapi akan lebur apabila awalan peng- atau penga-an menjadi pengristalan dan pengristal.
Kata-kata
serapan yang diawali dengan gugus konsonan /tr/, /st/, /sk/, /sp/, /pl/, /kl/,
konsonan yang awalnya tidak pernah mengalami peleburan baik dalam pembentukan
dengan awalan meng-, peng-, maupun konfiks peng-an. Contoh mentraktir,
pentraktir; menstabilkan, penstabil.
Kamis, 16 Oktober 2014
Ucapan Dan Ejaan
Ucapan Dan Ejaan
Ucapan
Bahasa Indonesia bagi sebagian besar penuturnya adalah bahasa kedua. Para penutur yang berbahasa Indonesia, bahasa Indonesia mereka terpengaruh oleh bahasa daerah yang mereka kuasai sebelumnya. Pengaruh itu dapat berkenaan dengan semua aspek ketatabahasaan.
Ejaan
Pengantar
Sebelum EYD diumumkan, dalam tulis menulis dipergunakan Ejaan Soewandi atau ejaan Republik yang berlaku mulai 19 Maret 1947. Namun sebelum ejaan Soewandi berlaku ejaan Van Ophuysen yang ketentuannya dimuat dalam Kitab Logat Malajoe yang disusun dengan bantuan Engku Nawawi Gelar Soeta Ma’mur dan Muhammad Taib Soetan Ibrahim yang berlaku sejak tahun 1901, digunakan huruh Jawi atau Arab Melayu dan juga dengan huruf Latin dengan ejaan yang tifdak teratur.
1. Penulisan Huruf
A. Penulisan Huruf Kapital
1.Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama yang berhubungan dengan nama Tuhan dan Kitab suci.
Contoh : Hanya pada-Mu lah kami memohon, Hanya Engkaulah yang tahu segalanya.
2.Digunakan pada nama diri, gelar kehormatan, keturunan, atau keagamaan
Contoh : Muhammad Irfan Rapiansyah, Haji Agus Salim
3.Digunakan pada nama jabatan apabila dikaitkan dengan nama instansi atau nama daerah
Contoh : Gubernur DKI Jakarta, Rektor Universitas Gunadarma
4.Digunakan pada nama diri atau nama lembaga
Contoh nama diri : Amir Hamzah, Halim Perdana Kusuma
Contoh nama lembaga : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma
5.Kemudian kata-kata yang digunakan dalam pengertian khusus harus ditulis dengan huruf kapital, sedangkan kata-kata dengan pengertian umum ditulis dengan huruf kecil
Contoh : kata presiden, gubernur, universitas, atau fakultas.
-Huruf Tebal dan Miring
Seperti halnya nama lembaga, judul buku atau karangan kata-katanya harus diawali dengan huruf kapital dan juga tebal.
Contoh : Tata Bahasa Baku Indonesia, Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
Judul naskah yang belum diterbitkan seperti buku naskah skripsi, tesis atau disertai cukup ditulis dengan tanda petik(“__”)
Contoh : “Ejaan yang Benar salam bahasa Indonesia”, “Frase Nomina dalam bahasa Indonesia”.
6.Penulisan Partikel dan Awalan
Dalammenulis kata-kata sesuai dengan pedoman ejaan yang disempurnakan perlu diperhatikan penulisan kata atau partikel yang dirangkai dsn yang tidak dirangkai.
Ada kata atau awalan yang harus ditulis serangkai, yaitu adi- misal adidaya, adikuasa, adimarga. Juga awalan awa- pada awabau, awaaair, awawarna. Kata antara ditulis terpisah, tetapi antar- ditulis serangkai, contoh : antarkota, antarpulau.
Kata maha apabila dirangkai dengan kata dasar ditulis serangkai. Contoh : mahasiswa, mahaguru, Mahakuasa. Tapi apabila dirangkai dengan kata bentukan tidak dirangkaikan. Contoh : Maha Pemurah, Maha Mengetahui.
Bentuk-bentuk lain yang dirangkai adalah awalan pra-, pasca-, pramu-, purna, tuna-. Contoh prasejarah, pascasarjana.
7.Penulisan Bilangan
Bilangan ada yang ditulis dengan angka dan juga ada yang ditulis dengan huruf. Bilangan yang menunjukan tahun, jam, tanggal, nomor rumah, harus ditulis dengan angka sedangkan yang menunjukkan jumlah dari satu sampai sembilan ditulis dengan huruf, misalkan “dua juta rupiah” dapat di tulis dengan huruf kecuali di dalam grafik atau tabel. Dalam penulisan jumlah, ukuran dan timbangan itu digunakan juga titik dan koma, misalkan 1.000.000.untuk bilangan menyatakan rupiah digunakan koma di belakang satuan rupiah yang diikuti oleh nol nol untuk satuan ketip dan sen.
8.Tanda Baca
Ada beracam-macam tanda baca, seperti titik (.), koma (,), titik koma (;), titik dua (:), dan petik (“_”).
a.Tanda Titik
Tanda titik digunakkan pada akhir atau berakhirnya kalimat. Tanda titik juga digunakan sesudah nomor bab atau subbab.
Contoh : Dr. Dharma Tintri, Izzati Amperaningrum, S.E M.M
b.Tanda Koma
Koma digunakan untuik menandai adanya jeda dalam suatu kalimat. Tanda koma digunakan dalam kalimat majemuk yang anak kalimatnya mendahului induk kalimat.
Contoh : Meskipun hujan, ia pergi juga ke kantor.
Karena sakit, ia tidak jadi pergi ke Jakarta.
Tanda koma juga digunakan untuk memisahkan dua kalimat yang setara yang dihubungkan dengan kata tetapi atau melainkan.
Contoh : Orang itu kaya, tetapi tidak kikir
Yang sudah lulus bukan dia, melainkan adiknya.
c.Titik Koma
Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Contoh : Semua pemain bola diperlakukan sama; tidak ada yang dianakemaskan
Titik koma juga digunakan untuk membatasi bagian-bagian kalimat yang sudah mengandung koma.
Contoh : Di toko olahraga Saya membeli bola, sepatu, kaos kaki; Temanku membeli baju bola, sarung tangan; sedangkan Ali membeli celana olahraga.
d.Titik Dua
Tanda titik dua dipakai diakhir suatu pernyataan yang lengkap dan diikuti oleh rangkaian atau perincian.
Contoh : Universitas Gunadarma mempunyai dua cabang olahraga: Sepak bola dan Basket.
Tanda titik dua juga digunakan untuk pemerian yang berbentuk formula, misalkan pemerian suatu organisasi sebagai berikut
Ketua : Irfan
Sekretaris : Gini
Bendahara : Putri
Ucapan
Bahasa Indonesia bagi sebagian besar penuturnya adalah bahasa kedua. Para penutur yang berbahasa Indonesia, bahasa Indonesia mereka terpengaruh oleh bahasa daerah yang mereka kuasai sebelumnya. Pengaruh itu dapat berkenaan dengan semua aspek ketatabahasaan.
Ejaan
Pengantar
Sebelum EYD diumumkan, dalam tulis menulis dipergunakan Ejaan Soewandi atau ejaan Republik yang berlaku mulai 19 Maret 1947. Namun sebelum ejaan Soewandi berlaku ejaan Van Ophuysen yang ketentuannya dimuat dalam Kitab Logat Malajoe yang disusun dengan bantuan Engku Nawawi Gelar Soeta Ma’mur dan Muhammad Taib Soetan Ibrahim yang berlaku sejak tahun 1901, digunakan huruh Jawi atau Arab Melayu dan juga dengan huruf Latin dengan ejaan yang tifdak teratur.
1. Penulisan Huruf
A. Penulisan Huruf Kapital
1.Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama yang berhubungan dengan nama Tuhan dan Kitab suci.
Contoh : Hanya pada-Mu lah kami memohon, Hanya Engkaulah yang tahu segalanya.
2.Digunakan pada nama diri, gelar kehormatan, keturunan, atau keagamaan
Contoh : Muhammad Irfan Rapiansyah, Haji Agus Salim
3.Digunakan pada nama jabatan apabila dikaitkan dengan nama instansi atau nama daerah
Contoh : Gubernur DKI Jakarta, Rektor Universitas Gunadarma
4.Digunakan pada nama diri atau nama lembaga
Contoh nama diri : Amir Hamzah, Halim Perdana Kusuma
Contoh nama lembaga : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma
5.Kemudian kata-kata yang digunakan dalam pengertian khusus harus ditulis dengan huruf kapital, sedangkan kata-kata dengan pengertian umum ditulis dengan huruf kecil
Contoh : kata presiden, gubernur, universitas, atau fakultas.
-Huruf Tebal dan Miring
Seperti halnya nama lembaga, judul buku atau karangan kata-katanya harus diawali dengan huruf kapital dan juga tebal.
Contoh : Tata Bahasa Baku Indonesia, Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
Judul naskah yang belum diterbitkan seperti buku naskah skripsi, tesis atau disertai cukup ditulis dengan tanda petik(“__”)
Contoh : “Ejaan yang Benar salam bahasa Indonesia”, “Frase Nomina dalam bahasa Indonesia”.
6.Penulisan Partikel dan Awalan
Dalammenulis kata-kata sesuai dengan pedoman ejaan yang disempurnakan perlu diperhatikan penulisan kata atau partikel yang dirangkai dsn yang tidak dirangkai.
Ada kata atau awalan yang harus ditulis serangkai, yaitu adi- misal adidaya, adikuasa, adimarga. Juga awalan awa- pada awabau, awaaair, awawarna. Kata antara ditulis terpisah, tetapi antar- ditulis serangkai, contoh : antarkota, antarpulau.
Kata maha apabila dirangkai dengan kata dasar ditulis serangkai. Contoh : mahasiswa, mahaguru, Mahakuasa. Tapi apabila dirangkai dengan kata bentukan tidak dirangkaikan. Contoh : Maha Pemurah, Maha Mengetahui.
Bentuk-bentuk lain yang dirangkai adalah awalan pra-, pasca-, pramu-, purna, tuna-. Contoh prasejarah, pascasarjana.
7.Penulisan Bilangan
Bilangan ada yang ditulis dengan angka dan juga ada yang ditulis dengan huruf. Bilangan yang menunjukan tahun, jam, tanggal, nomor rumah, harus ditulis dengan angka sedangkan yang menunjukkan jumlah dari satu sampai sembilan ditulis dengan huruf, misalkan “dua juta rupiah” dapat di tulis dengan huruf kecuali di dalam grafik atau tabel. Dalam penulisan jumlah, ukuran dan timbangan itu digunakan juga titik dan koma, misalkan 1.000.000.untuk bilangan menyatakan rupiah digunakan koma di belakang satuan rupiah yang diikuti oleh nol nol untuk satuan ketip dan sen.
8.Tanda Baca
Ada beracam-macam tanda baca, seperti titik (.), koma (,), titik koma (;), titik dua (:), dan petik (“_”).
a.Tanda Titik
Tanda titik digunakkan pada akhir atau berakhirnya kalimat. Tanda titik juga digunakan sesudah nomor bab atau subbab.
Contoh : Dr. Dharma Tintri, Izzati Amperaningrum, S.E M.M
b.Tanda Koma
Koma digunakan untuik menandai adanya jeda dalam suatu kalimat. Tanda koma digunakan dalam kalimat majemuk yang anak kalimatnya mendahului induk kalimat.
Contoh : Meskipun hujan, ia pergi juga ke kantor.
Karena sakit, ia tidak jadi pergi ke Jakarta.
Tanda koma juga digunakan untuk memisahkan dua kalimat yang setara yang dihubungkan dengan kata tetapi atau melainkan.
Contoh : Orang itu kaya, tetapi tidak kikir
Yang sudah lulus bukan dia, melainkan adiknya.
c.Titik Koma
Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Contoh : Semua pemain bola diperlakukan sama; tidak ada yang dianakemaskan
Titik koma juga digunakan untuk membatasi bagian-bagian kalimat yang sudah mengandung koma.
Contoh : Di toko olahraga Saya membeli bola, sepatu, kaos kaki; Temanku membeli baju bola, sarung tangan; sedangkan Ali membeli celana olahraga.
d.Titik Dua
Tanda titik dua dipakai diakhir suatu pernyataan yang lengkap dan diikuti oleh rangkaian atau perincian.
Contoh : Universitas Gunadarma mempunyai dua cabang olahraga: Sepak bola dan Basket.
Tanda titik dua juga digunakan untuk pemerian yang berbentuk formula, misalkan pemerian suatu organisasi sebagai berikut
Ketua : Irfan
Sekretaris : Gini
Bendahara : Putri
Senin, 23 Juni 2014
Manusia Dan Harapan
A. Pengertian
Harapan
Harapan berasal
dari kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi, sehingga harapan
dapat diartikan sesuatu yang diinginkan dapat terjadi. Yang dapat disimpulkan
harapan itu menyangkut permasalahan masa depan.
Setiap manusia
mempunyai harapan. Manusia yang tanpa harapan, berarti manusia itu mati dalam
hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa
pesan – pesan kepada ahli warisnya.
Harapan tersebut
tergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup dan kemampuan masing
– masing. Misalnya, Budi hanya mampu membeli sepeda, biasanya tidak mempunyai
harapan untuk membeli mobil. Seorang yang mempunyai harapan yang berlebihan
terkadang akan berakibat menjadi tertawaan orang banyak seperti pribahasa “Si
pungguk merindukan bulan”, walaupun tidak ada yang tidak mungkin didunia ini
bila Tuhan berkehandak.
Harapan harus
berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Agar harapan dapat terwujud, maka diperlukan usaha
dengan sungguh – sungguh, berdoa dan pada akhirnya bertawakal agar harapan itu
dapat terwujud.
B. Apa Sebab
Manusia Mempunyai Harapan ?
Menurut kodratnya
manusia itu adalah mahluk sosial. Setiap lahir ke dunia langsung disambut dalam
suatu interaksi hidup, yakni ditengah suatu keluarga atau sebagai anggota
masyarakat. Tidak ada satu manusiapun yang luput dari interaksi hidup. Ditengah
– tengah yang lainnya, seseorang dapat hidup dan berkembang baik fisik /
jasmani maupun mental / spiritualnya. Ada dua hal yang mendorong orang hidup
berinteraksi dengan manusia lain, yakni dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan
hidup.
Dorongan kodrat,
ialah sifat, keadaan atau pembawaan alamiah yang sudah terjelma dalam diri
manusia sejak manusia itu diciptakan oleh Tuhan. Misalnya menangis, bergembira,
berpikir, berjalan, berkata, mempunyai keturunan dan sebagainya. Setiap manusia
mempunyai kemampuan untuk itu semua.
Dorongan kebutuhan
hidup, sudah kodratnya bahwa manusia mempunyai bermacam – macam kebutuhan
hidup. Kebutuhan hidup itu pada garis besarnya dapat dibedakan atas kebutuhan
jasmani dan kebutuhan rohani.
Menurut Abraham
Maslow sesuai dengan kodratnya harapan manusia atau kebutuhan manuis itu ialah
:
a)
Kelangsungan hidup (survival)
b)
Keamanan (safety)
c)
Hak dan kewajiban mencintai dan dicintai (be loving and love)
d)
Diakui linkungan (status)
e)
Perwujudan cita – cita (self actualization)
Langganan:
Postingan (Atom)